7 Hal Mengenai Pertengkaran yang Patut Dipertimbangkan

Monday, September 19, 2011 Posted by Rino Safrizal

Oleh: Hingdranata Nikolay

Bertengkar antara pasangan? Bukan hal yang buruk. Bertengkar bahkan sebuah hal yang sangat baik, saat diarahkan ke yang bermanfaat dan dilakukan dengan fokus dan cara yang sehat. Berikut beberapa hal yang patut untuk dipertimbangkan oleh pasangan, sehubungan dengan pertengkaran.

1. Saya permasalahkan karena saya sayang kita berdua!
Ingat, bahwa komplain adalah tanda peduli. Kita komplain karena kita ingin sesuatu berubah demi kenyamanan bersama. Saya ulangi, kenyamanan bersama. Tidak semua pasangan bercuap-cuap hanya untuk kenyamanan sendiri. Ingat bahwa saat Anda berdua, kenyamanan bersama adalah yang penting. Masing-masing punya keinginan, karena itu kompromi adalah jalan tengah yang masuk akal! Ingat, bahwa kita justru harus berterimakasih pada pasangan saat ia protes atau mempermasalahkan sesuatu, karena itu tanda bahwa ia peduli. Pasangan yang tidak peduli, entah pura-pura suka, pura-pura tidak tahu, membisu, lalu melakukan hal-hal yang lebih merusak hubungan!

2. Kata-kata dan Perilaku Saya tidak Mewakili Niat Saya!
Emosi membuat pikiran tersumbat! Supply kata-kata maupun perilaku menjadi terbatas! Ini saatnya untuk saling sadar bahwa apapun kata-kata yang diucapkan dan bahasa tubuh yang ditunjukkan tidak mewakili NIAT sang pasangan. Keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, serta minimnya kedewasaan, bisa membuat masing-masing pasangan mengeluarkan kata-kata yang 'bodoh' atau menyakiti. Dan catat, bahwa itu sama sekali tidak mewakili dirinya dan NIAT-nya! Karena itu, stop menganalisa panjang dan membawa-bawa asumsi-asumsi yang tidak perlu! Kita semua pernah dan berhak untuk bertindak 'bodoh', teledor, canggung.

3. Meminta Maaf itu Tanda Peduli, Bukan Harus Berarti Rasa Bersalah
Saat pasangan saling bertengkar, yang sering dipancing adalah rasa bersalah di pihak pasangannya. Kepuasan bisa datang saat salah satu berhasil melemparkan rasa bersalah ke yang lain. Karena itu pula seringkali kata 'maaf' jadi sulit keluar, seolah dengan kata itu, kita jadi di pihak yang bersalah. Catat dan pertimbangkan ini: apakah masuk akal Anda tidak ingin diri Anda disakiti justru dengan menyakiti? Rasa bersalah itu menyakitkan, karena itu masing-masing tidak perlu saling melemparkan itu. Kata 'maaf' itu tanda peduli dan tidak perlu dihubungkan dengan rasa bersalah atau pengakuan bersalah. Itu tanda peduli dan sayang. Cukup di situ saja.

4. Memaafkan Tidak Sama dengan Membenarkan Perilaku Pasangan
Ini juga menjadi catatan penting. Seringkali pasangan tidak mau saling memaafkan karena seolah dengan melakukan itu, ia membenarkan perilaku pasangan yang menyebabkan pertengkaran tersebut. Padahal, memaafkan sama sekali tidak berarti membenarkan atau menyetujui perbuatan pasangan! Itu tanda kita sadar bahwa pasangan kita tidak sempurna dan kita peduli kebersamaan! Jadi memaafkan adalah hal yang sederhana sekali!

5. Pertengkaran itu Alat Pengenalan, bukan Ajang Tuntutan
Pertengkaran adalah ajang untuk mengenal dengan baik keinginan dan hasrat tersembunyi pasangan. Berterimakasihlah pada kesempatan untuk pengenalan ini. Seringkali keinginan asli pasangan keluar dalam argumentasi atau dalam protesnya. Dan ingat, ini bukan ajang menuntut. Ini ajang saling mengenai keinginan masing-masing! Berpasangan adalah ajang saling melengkapi dan sekaligus kompromi apabila terjadi perbedaan!

6. Rasa Sakit Hati Disebabkan karena Proses Berpikir Kita Sendiri!
Proses berpikir kita mengenai apa yang terjadilah yang menyebabkan kita sakit hati! Kita sakit hari karena akumulasi dari pemikiran kita menyangkut kejadian-kejadian sebelumnya, perasaan-perasaan sebelumnya, asumsi NIAT pasangan, memori kita, apa yang pernah kita dengar sebelumnya, asumsi yang terjadi berikutnya, di samping kasus yang terjadi. Jadi kita tidak melihat hal-hal apa adanya. Kita melihat dengan berbagai referensi dan asumsi, sehingga emosi kita meninggi. Kalau dia baru melakukan ini sekali, Anda tentu bereaksi berbeda bukan? Berarti Anda menilai dengan menjumlah kasus ini dengan asumsi sebelumnya! Berhentilah menghubung-hubungka n dan menganalisa yang tidak perlu! Sederhanakah kejadiannya!

7. Apapun yang Terjadi, Dia Adalah Pasangan Saya!
Kalau kehidupan berpasangan adalah sebuah gelas, Anda tidak akan bisa minum lagi dari gelas tersebut! Kalau itu adalah sebuah rumah, maka kerusakannya akan terlalu parah untuk bisa menghadapi badai yang lebih besar! Saat terjadi pertengkaran, ingatlah Anda akan kembali ke rumah itu, sebelum Anda melakukan hal-hal lebih bodoh lagi dan merusak rumah itu hanya agar Anda puas. Anda gores, Anda lukai, Anda tusuk terus-menerus, seorang pasangan yang baik dan sabar sekalipun, tetap akan terluka. Ingat, bahwa ia adalah pasangan kita! Lindungi dia, seperti Anda melindungi diri sendiri!

Have a positive day!

Hingdranata Nikolay
Licensed Trainer of NLP
Design Human Engineer

Mau berpartisipasi dengan forum Inspirasi Indonesia? Klik di sini

Post a Comment

FOLLOWER