PENGAJARAN REMEDIASI

Tuesday, February 23, 2010 Posted by Rino Safrizal
Pengajaran remediasi dalam proses belajar mengajar adalah salah satu bentuk kegiatan pemberi bantuan, baik bantuan yang berupa pengajaran maupun berupa bimbingan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. Pemberi bantuan didalam proses belajar mengajar yang berupa pengajaran remediasi haruslah terprogram dan disusun secara sistematis. Oleh sebab itu, kesulitan belajar siswa harus dapat diketahui dan dapat diatasi sedini mungkin.

Menurut Ischak dan Warji (1982) ada beberapa bentuk perbaikan yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran remediasi, antara lain:

1. Kegiatan re-teaching (bentuk kegiatan mengajarkan kembali materinya), yaitu mengulang bahan yang sama kepada siswa yang memerlukan bantuan dengan cara penyampaian yang berbeda, dan lebih ditekankan kepada keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Kegiatan bimbingan individu/kelompok kecil, yaitu kegiatan perbaikan terhadap masing-masing individu atau kelompok kecil siswa yang memiliki kesulitan yang hampir sama.

3. Kegiatan memberikan pekerjaan rumah, yaitu kegiatan memberi tugas kepada siswa misalnya dengan tugas mengerjakan soal-soal mulai dari yang termudah sampai kepada soal-soal yang cukup sukar atau dengan menegaskan siswa membuat rangkuman/resume dan semacamnya sehingga dengan demikian siswa yang bersangkutan dapat menelaah atau mengulang kembali materi yang telah diterimanya.

4. Kegiatan meningkatkan penggunaan alat bantu/peraga dengan alat yang lebih banyak atau lebih baik, yang mampu memberikan penjelasan sebaik-baiknya bagi siswa.

5. Menyuruh siswa mempelajari bahan yang sama dari buku-buku pelajaran, buku paket atau sumber-sumber bacaan yang lain.

6. Kegiatan bimbingan atau pembinaan yang dilaksanakan oleh individu yang dapat berperan dalam kegiatan remediasi, antara lain:
a. Wali kelas, sebagai orang yang lebih banyak mengenal siswa kelasnya dapat memberikan saran-saran dan menggiatkan tugas-tugas siswa.
b. Guru bidang studi, sesuai dengan perannya sebagai motivator, konselor, dan sebagainya dapat memberikan motivasi belajar, mengenal ciri khas dalam mempelajari bidang studi, dan melakukan pengamatan dalam rangka perbaikan selama proses belajar mengajar.
c. Guru pembimbing (BP) yang dapat memberikan bimbingan secara klasikal, memberikan bimbingan belajar melalui media, mengadakan eksplorasi/penyelidikan terhadap siswa yang mengalami kasus tertentu dan membantu mengatasi permasalahanya.

Menurut Yusmin (1990) ada tiga langkah yang ditempuh dalam melaksanakan remediasi untuk menangani kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal-soal reaksi redoks, yaitu:

1. Diagnosa
Pada langkah awal ini kegiatan yang dilaksanakan:
a. Identifikasi siswa yang diperkirakan mengalami kesulitan berdasarkan hasil tes diagnostik.
b. Menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar yang dilakukan siswa .
c. Menetapkan faktor penyebab kesulitan siswa melalui wawancara.

2. Prognosa
Pada langkah kedua ini kegiatan yang dilaksanakan:
a. Memperkirakan bantuan atau bimbingan belajar oleh tutor sebaya dengan cara kelompok kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
b. Menetapkan bantuan berupa pengajaran dengan pendekatan tutor sebaya sebagai penyembuh kesulitan belajar siswa.

3. Therapi
Langkah ketiga ini dimaksudkan sebagai kegiatan tindak lanjut (follow-up), yaitu tindakan apa yang semestinya dilakukan dan bagaimana pelaksanaannya. Kegiatan yang dilakukan berupa pengajaran ulang dengan pendekata tutor sebaya.

REFERENSI

Ischak, Warji. 1982. Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Liberty.

Yusmin, E. 1990. Penerapan Ketuntasan Belajar Dengan Bentuk Kegiatan Remediasi. Pontianak: FKIP UNTAN.
Labels:

Post a Comment

FOLLOWER