I HAVE A DREAM

Thursday, April 22, 2010 Posted by Rino Safrizal
SAYA merasa bahagia bergabung bersama Anda hari ini, dengan apa yang akan terjadi dalam sejarah sebagai demonstrasi terbesar demi kebebasan dalam sejarah bangsa kita.
Lima ratus tahun lalu, seorang Amerika yang hebat, yang bayangan simboliknya sekarang kita rasakan, menandatangani Proklamasi Emansipasi. Keputusan penting itu adalah lentera harapan bagi jutaan budak Negro yang masih terbakar dalam api ketidakadilan. Peristiwa itu dipandang sebagai sebuah kabar gembira yang mengakhiri malam panjang mereka dalam tahanan.
Tetapi seratus tahun kemudian, ternyata kaum Negro masih terkekang.
Seratus tahun kemudian, hidup seorang Negro masih menyedihkan, pincang karena belenggu pemisahan dan rantai diskriminasi.
Seratus tahun kemudian, Negro masih hidup di sebuah pulau kemiskinan yang sepi di tengah-tengah luasnya lautan kemakmuran materi.
Seratus tahun kemudian, kaum Negro masih hidup merana di sudut-sudut kota Amerika dan menemukan dirinya hidup dalam pengasingan di tanahnya sendiri.
Jadi kita hadir hari ini di sini untuk mendramatisasi kondisi yang memilukan. Ibaratnya kita datang ke ibukota Negara untuk mencairkan cek kita.


Ketika arsitek republik ini menulis kata-kata indah tentang konstitusi dan Deklarasi Kemerdekaan, mereka menandatangani surat utang di mana setiap orang Amerika adalah ahli waris. Surat utang itu menjanjikan bahwa setiap orang, ya, kulit hitam, dan juga kulit putih, terjamin hak hidupnya yang tidak terpisah-pisah yang dapat diambil oleh orang lain, termasuk kebebasan, dan pencarian kebahagiaan hidupnya.

Mudah dimengerti hari ini Amerika sudah melalaikan janjinya. Amerika telah memberikan orang Negro cek yang buruk; sebuah cek yang dikembalikan dengan tulisan ”tidak cukup dana”.
Kami menolak mempercayai bahwa dana tidak cukup dalam ruang kesempatan bangsa ini. Kami ingin tunaikan cek ini, cek yang akan memberikan tuntutan kekayaan, kebebasan dan keadilan yang aman.
Kita datang ke tempat keramat ini untuk mengingatkan Amerika tentang ketakutan yang mendesak. Tidak ada waktu untuk berada dalam kemewahan atau menelan sedikit demi sedikit obat yang meredakan. Sekarang waktunya untuk membuktikan janji demokrasi.


Sekarang saatnya untuk bangkit dari kegelapan dan menyingkirkan lembah pemisahan ke jalan cahaya keadilan antarras.

Sekarang tiba saatnya mengangkat bangsa ini dari pasir ketidakadilan rasial ke batu kuat persaudaraan.
Sekarang saatnya menjadikan keadilan sebuah kenyataan untuk smua orang. Adalah fatal bila bangsa ini melupakan keadaan yang mendesak. Terik di musim panas dari ketidakpuasan yang masuk akal orang Negro tidak akan berhenti sampai musim semi kebebasan dan persamaan yang menyegarkan datang.
Sembilan belas enam tiga buka sebuah akhir, tetapi permulaan. Dan mereka yang mengharapkan Negro meledakkannya, dan menjadi sesuka hati, kita akan bangunkan secara kasar jika bangsa ini kembali kepada ‘business as usual’.
Tidak akan ada istirahat atau ketenangan di Amerika sampai Negro diberi hak-hak kewarganegaraannya. Angin puyuh pemberontakan akan terus berlanjut menggoncang fondasi bangsa sampai datang keadilan itu.


Tetapi ada sesuatu yang saya harus katakan kepada kaum saya yang berdiri di ambang pintu yang hangat yang membawa ke istana keadilan. Dalam proses mengambil hak-hak itu kita tidak boleh melakukan kesalahan dengan melanggar hukum.
Jangan puaskan kehasuan kebebasan dengan meminum dari cangkir kepahitan dan kebencian. Kita harus selalu berjuang dengan martabat dan disiplin. Jangan biarkan protes kreatif ini diturunkan derajatnya dengan kekerasan fisik.

Sekali lagi dan sekali lagi kita harus bangkit ke tingkat yang paling mulia dengan mempertemukan kekuatan fisik dengan kekuatan jiwa.
Jangan sampai semangat militan ini membawa kita dalam ketidakpercayaan kepada semua masyarakat kulit putih. Untuk banyak Anda kulit putih kita, sebagai bukti dengan kehadiran mereka hari ini, telah menyadarkan bahwa kebebasan mereka sejalan dengan kebabasan kita. Serangan bersama kita telah bergemuruh, dan harus terus dikawal oleh tentara kedua warna kulit. Kita tidak bisa berjalan sendiri.
Dan seiring kita berbicara, kita berikrar bahwa kita harus bergerak ke depan. Kita tidak berbalik ke belakang. Ada yang mempertanyakan perjuangan tentang hak-hak sipil ”Kapan Anda merasa puas?” Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang Negro masih menjadi korban kekerasan-kekerasan Polisi yang brutal.
Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang badan kita, yang letih setelah perjalanan jauh, tidak diperkenankan beristirahat di penginapan. Kita tidak akan merasa puas sepanjang mobilitas orang Negro dibatasi dari satu gehto ke gehto lain.
Kita tidak akan pernah merasa puas sepanjang anak-anak kita dirampas harga dirinya oleh rambu-rambu yang menyatakan ”Hanya Untuk Kaum Kulit Putih”. Kita tidak akan pernah puas sepanjang orang Negro di Mississippi tidak boleh ikut memilih dan orang Negro di New York percaya, dia tidak memiliki apa-apa untuk memilih. Tidak, kita tidak puas, dan kita tidak akan puas sampai keadilan mengalir seperti air dan bergerak seperti aliran sungai.
Saya sadar sebagian dari Anda datang ke sini setelah keluar dari pengadilan dan kesengsaraan yang berlebihan. Sebagian dari Anda telah datang ke sini langsung dari penjara yang sempit. Sebagian lagi meminta kebebasan dari pukulan-pukulan, penyiksaan dan kebrutalan polisi.


Anda telah menjadi veteran dari penderitaan yang kreatif. Kembali bekerja dengan kepercayaan yang tidak menyisakan kepedihan adalah penyelamatan.

Kembali ke Mississippi; kembali ke Alabama; kembali ke Carolina Selatan; kembali ke Georgia; kembali ke Lousiana; kembali ke dusun dan perkampungan kecil di Kota sebelah utara, mengetahui bahwa bagaimanapun situasi dapat, dan akan berubah. Jangan biarkan kita meratapi terus di bukit keputusan.


SAYA katakan kepada Anda, sahabat saya, meskipun kita harus berhadapan dengan kesulitan hari ini dan besok, saya masih bermimpi. Sebuah mimpi yang mengakar di mimpi orang Amerika, mimpi di mana suatu hari bangsa ini akan bangkit dan hidup dalam pengertian yang sebenar-benarnya tentang kepercayaannya. Siapa yang memegang teguh kebenaran ini akan menjadi bukti, bahwa semua orang diciptakan sama.


Saya bermimpi kalau suatu hari di bukit merah Geogria, anak dari bekas budak dan anak dari bekas pemilik budak akan dapat duduk bersama di meja perAndaan.

Saya bermimpi kalau suatu hari, meskipun negara bagian Mississippi, negara bagian yang sangat panas dengan ketidakadilan, panas dengan penindasan akan berubah menjadi mata air kebebasan dan keadilan.

Saya bermimpi keempat anak kecil saya suatu hari akan hidup di sebuah bangsa di mana mereka tidak akan dinilai karena warna kulitnya, tetapi karena karakter mereka.

Saya bermimipi itu hari ini!
Saya bermimpi suatu hari di Alabama, dengan persoalan rasis yang sangat ganas, dengan gubernurnya yang melontarkan kata-kata yang menyudutkan dan kontradiktif dari bibirnya, suatu hari di Alabama, anak kecil kulit hitam laki-laki dan perempuan akan dapat berpegangan tangan dengan anak kecil kulit putih laki-laki dan perempuan seperti kakak beradik. Saya bermimpi itu hari ini!


Saya bermimpi kelak setiap dusun akan mulia, setiap bukit dan pegunungan akan dibuat rendah, tempat yang kasar akan dibuat datar, dan tempat yang berliku-liku akan dibuat lurus dan kemuliaan Tuhan akan terungkap dan semua orang akan melihat itu semua.

Ini harapan kita.
Ini kepercayaan yang akan saya bawa pulang ke Selatan.
Dengan kepercayaan ini, kita akan dapat menebang gunungan kepatahan hati sebuah batu harapan.
Dengan kepercayaan ini kita dapt merubah kesalahpahaman di bangsa kita menjadi simphoni perAndaan yang indah.
Dengan kepercayaan ini, kita akan dapat bekerja bersama, berdoa bersama, berjuang bersama, dipenjara bersama, berdiri untuk kebebasan bersama, mengetahui kalau kita akan bebas suatu hari.
Hari ini akan menjadi hari di mana anak-anak Tuhan akan dapat bernyanyi dengan makna baru –


”Negaraku adalah milik-Ku, tanah indah kebebasan, untuk-Mu aku bernyanyi, tanah di mana ayahku meninggal, tanah kebanggaan peziarah, dari semua tepi gunung, biarkan kebebasan bergema”

– dan jika amerika menjadi sebuah bangsa yang besar, ini harus menjadi kenyataan.
Jadi biarkan kebebasan bergema dari atas bukit New Hempshire yang luar biasa.
Biarkan kebebasan bergema dari atas puncak bukit Alleghenies Pennsylvania.
Biarkan kebebasan bergema dari gunung yang diselimuti salju Colorado.
Biarkan kebebasan bergema dari lekukan lereng California.
Biarkan kebebasan bergema dari Gunung Batu Georgia.
Biarkan kebebasan bergema dari pemandangan gunung Tennessee.
Biarkan kebebasan bergema dari setiap bukit dan onggokan tanah Mississippi,
dari setiap tepi gunung biarkan kebebasan bergema.
Dan ketika kita membiarkan kebebasan bergema, ketika kita biarkan itu bergema dari setiap desa dan dusun, dari setiap negara bagian dan kota, kita akan dapat mempercepat dari mana hari itu ketika semua anak-anak Tuhan, pria kulit hitam dan putih, Yahudi atau bukan, Katolik dan Protestan, akan dapat berjabat tangan dan bernyanyi dalam bahasa spiritual Negro lama,

”Akhirnya bebas, akhirnya bebas, terima kasih Tuhan yang Agung, kita akhirnya bebas.”

M. L. King, 1963
Labels:

Post a Comment

FOLLOWER