PEMAHAMAN SEDERHANA TENTANG FILSAFAT PENDIDIKAN

Sunday, July 17, 2011 Posted by Rino Safrizal

A. Pengertian Filsafat


Menurut arti yang sebenarnya filsafat adalah cinta akan kebajikan. Definisi ini berasal dari dari zaman Yunani dahulu dan merupakan, rangkaian dari dua pengertian, ialah: philare, yang berarti cinta, dan Sophia yang berarti kebajikan.
Definisi ini pada hakekatnya meletakkan suatu landasan ideal bagi manusia. Barang siapa yang mempelajari filsafat diharapkan dapat mengetahui adanya mutiara-mutiara yang cemerlang dan menggunakan mereka sebagai pedoman dan pegangan untuk hidup bijaksana.
Menurut batasan modern, filsafat diartikan antara lain, sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hqal yang timbul di dalam keseluruhan lingku pengalaman manusia. Dengan ini diharapkan agar manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. Yang dimaksud dengan di dalamnya di sini adalah bahwa manusia itu merupakan kesatuan dari dunia. Dengan adanya manusia tentu manusia mempunyai caranya berada.
Pandangan yang menyeluruh dan sistematis yang diharapkan dapat dikuasai oleh manusia ini adalah lebih dari pengetahuan. Diperkirakan bahwa yang dikuasai adalah pengetahuan yang dapat menembus sampai dibalik penetahuan itu sendiri, dan yang dapat menemukan saling hubungan dan pertalian dari semua unsure yang dipertinggi.
Sesuai dengan makna filsafat, seperti yang telah disinggung di muka, berfilsafat adalah berpikir, dan malahan sampai kepada berspekulasi. Untuk ini filsafat menghendaki olah pikir yang sadar, yang berarti teliti dan teratur. Berarti bahwa manusia menugaskan pikirnya untuk bekerja sesuai dengan aturan dan hukum-hukum yang ada, berusaha menyerap semua yang berasal dari alam, baik yang berasal dari dalam dirinya atau di luarnya. Di antara unsure-unsur yang diketemukan diperiksa adanya kesamaan dan perbedaan, ditinjau sebagai keseluruhan, tidak sepotong-sepotong. Ini berarti bahwa berspekulasi adalah suatu tingkatan berfikir filosofis yang lebih mendalam.

B. Teori Pendidikan


Salah satu definisi pendidikan telah dikemukakan dalam kaitannya filsafat pendidikan John Dewey yang dikenal dengan progesivisme, sebagai kutub lawan dari aliran filsafat essensialisme dan atau parennialisme, yang rasionalis, religius metafisika tentang hakekat dunia dan manusia yang berada di dalamnya. Asumsi dasarnya adalah bahwa bahwa hakekat pendidikan ditentukan oleh hakekat manusianya, atau anthropologi metafisikanya, dan bagi aliran ini hakekat manusianya didasarkan pada filsafat Aristoteles bahwa manusia adalah “homo sapiens, ”artinya sejenis makhluk yang dapat berpikir sehinga definisi pendidikannya adalah bahwa:
Pendidikan adalah suatu proses dengan mqna pikiran, rasio, mental manusia disiplin dan dikembangkan.”
Konsep tentang anthropologi filsafat kalau tidak dirumuskan dalam definisi pendidikan dapat dicari pada rumusan tentang tujuan pendidikannya. Sebagai contoh dlam ejarah pemikiran filsafat endiikan Indonesia, ita ikenalkan dengan salah satu rumusan tujuan pendidikan sebaai berikut: “Membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara ang demokratis serta bertanggung jawab aas kesejahteraan Negara dan tanah air.” Dalam rumusan ini hakekat manusia sebagai suatu aspek yang bernilai martabat yang sama, sehinga yang satu tidak boleh mencaplok atau enghisap yang lain, artinya manusia dihisap warga neara sehingga mengarah ke terhisapnya kepentingan individu demi kepentingan dan kejayaan Negara, dan sebaliknya hilangnya aspek warganeara dan mengarah ke individualisme yang otomistis.
Suatu ilustrasi tujuaan pendidikan yang mengarah ke penghisapan individualitas manusia ke dalam konsep warganegara adalah definisi pendidikan di bawah ini:
“Pendidikan adalah kegiatan atau proses dengan mana individual dibina agar loyal setia tanpa sarat dan penyesuaian membuka pada kelompok atau lembaga soial.”
Definisi pendidikan ini disamping berlaku pada Negara totaliter yang dengan monisme kebudayaan, juga berlaku pada masyarakat yang ketat berpegang teguh mempertahankan tradisi kebudayaannya, yaitu pada masyarakat yang tradisioal konservatif. Dalam batas-batas tertentu, para sosiolog lebih dekat pemikiran pendidikan dengan definisi konsep pendidikan di atas. Sedang para psikolog lebih dekat dekat dengan definuisi oendidikan di bawah ini:
“Pendidikan adalah suatu proses pertumbuhan di dalam mana individu dibantu mengembangkan daya-daya kemampuannya, bakatnya, kecakapannya dan minatnya.”
Perbedaan antara kedua definisi bpendidikan di atas, antara pendekatan sosiologis dan pendwekatan psikologis adalah bahwa pendekatan social meninjau proses pendidikan dalam kaitannya dengan kehidupan dean lembaga social di luar individu, sedang pendekatan psikolois meninjau proses pendidikan dari sudut proses internql dalam diri manusia, sehinga lebih mengarah ke peninjauan tentang konsep hakekat psikologis, bukan filosofis, daripada anak didik.
Ki Hajar Dewantara termasuk aliran pendidikan yang menganut definisi pendidikan di atas, apabila dilihat dari sudut aliran filsafat pendidikan evolusionistis yang lebih menekankan tangga-tangga psikologis perkembangan manusia. Suatu konsep pendidikan yang lebih mengarahkan orientasinya pada aspek-aspek kehidupan modern yang kompleks dan rumit kaitannya, yang lebih individualisis sehinga menuntut kemampuan individual masing-masing pribadi dalam mengadakan penyesuaian kehidupan psikologsnya.

C. Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normative ilmiah, yaitu :
a. kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, kons3psi tentang sifat hakekat manusia, serta konsepsi nhakekat dan segi–segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
b. Kegiatan meruuskan system atau teori pendidikan yang melipu8ti politik pendidikan, kepemimpinan pendiedikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan Negara.
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakekatnya merupakan jawab dari pertanyaan-pertayaan dalam lapangan pendidikan . oleh karena berifat filosofis dengan sendirinya filsafat pendidikan ini pada hakekatnya adalah penerapan suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Hubungan antara filafat dan ilmu pendiikan ini tiak hanya ke insidental, malainkan suatu keharusan, Jhon Dewey, seorang filsuf Amerika, mengatakan bahwa filsafat itu adalah teori umum dari pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Lebih dari itu, memang filsafat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realita dan penalaman yang bayak erdapa dalam lapangan pendidikan
Berikut sistematika kategorisasi klasifikasi aliran filsafat pendidikan:
  • kategori filsafat pendidikan akademis-skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yan tradisional eliputi aliran perennialisme, essensialisme, idealisme dan realisme, dan kelompok progesif meliputi progresivisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.
  • Kategori filsafat religius theistis meliputi segala macam airan aama yang paling tidak terdidi atas empat besar agama di dunia ini, degan segala varisi sekte-sekte agama masing-masing.
  • Kategori filsafat pendidikan social politik. Kategori ini dalam sejarahnya dikenal bermacam aliran, yaitu humqnisme, nasionalisme, liberalisme, sekularisme, iaisme dan sosialisme

BAHAN RUJUKAN
Bernadib, I. 1982. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Andi Offset
Saifullah, A. 1980 .Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya:Usaha Nasional
Labels:

Post a Comment

FOLLOWER